Sejarah Desa

Sejarah Desa Sekarpuro

Berdasarkan cerita rakyat pada masa terdahulu Desa Sekarpuro masih berupa hutan belantara dan di dalam hutan belantara itu tumbuh dua pohon berbunga yang letaknya disebelah  bangunan prasasti Gapuro dan Gapuro itu merupakan batas antara Kelurahan Madyopuro dan Sekarpuro, kemudian datanglah seseorang yang bernama Mbah Piteng, yaitu orangnya tidak bisa melihat (buta) dan  melakukan babat alas, bersama keluarga , kerabatnya dan memberi nama Desa Sekarpuro hingga perkembangannya menjadi sebuah perkampungan atau pedesaan.

Mbah Piteng dan Kerabat adalah Trah Mojopahit yang pada saat itu sangat peduli dalam syiar agama islam dan peduli terhadap tatanan sosial kemasyarakatan. Berdasarkan tulisan yang ada pada makam Mbah Piteng, tertulis meninggal tanggal 7 Juli 1616.

Desa Sekarpuro sebelum tahun 1990 mempunyai 3 pedukuhan, Dukuh Gempol , Dukuh Penjara’an, dan dukuh Sekaran, kemudian Dukuh Sekaran dibagi menjadi Sekaran dan Wiyagan. Dan  sekarang Desa Sekarpuro mempunyai 7 (tujuh) Dukuh yaitu adanya 2 dukuh baru yaitu Dukuh Sawojajar II A dan sawojajar II B hasil pemekaran  dari dukuh  Ngadipuro Lor, Dukuh Penjara’an dan kedua-duanya bagian dari Desa Sekarpuro, yang mempunyai unggulan pertanian yang bagus.